Selasa, 08 Desember 2009

Dinasti Mamalik di Mesir

DINASTI MAMALIK DI MESIR:
PEMBENTUKAN, KEMAJUAN, DAN KEHANCURAN

I. Pendahuluan
Serangan Hulagu yang membumihanguskan pusat peradaban Islam di Bagdad, sehingga tamatlah riwayat khilafah Islam di Bagdad. Jika ada negeri Islam yang selamatdari kehancuran akibat serangan bangsa mongol, baik serangan Hulagu dan Timur Lenk, maka negeri itu adalah Mesir yang ketika itu di bawah kekuasan Dinasti Mamalik.
Dinasti Mamalik di Mesir adalah sebuah dinasti yang mempunyai corak tersendiri dan cukup unik. Karena Dinasti ini berdiri atas kesatuan dan persatuan para budak yang terdiri dari berbagai ras dan suku bangsa, bahkan dapat membentuk suatu pemerintahan oligarki di suatu negarayang bukan tumpah darah mereka. Mereka mampu bertahan selama dua setengah abad dalam memimpin suatu Dinasti.
Dinasti Mamalik di mesir mulai bangkit bersamaan dengan runtuhnya kekuasaan di Bagdad dan kemunduran kekuasan Islam di Spanyol. Oleh karena itu, perkembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan dalam dinasti ini cukup pesat.
Di dalam makalah ini dibahas proses pembentukan Dinasti Mamalik di Mesir beserta kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya, baik dalam bidang politik, ekonomi, dan ilmu pengetahuan. Sebagai kelanjutannya di bahas pula kehancuran Dinasti ini.

II. PEMBENTUKAN
Mamalik adalah bentuk plural dari Mamluk yang berarti budak. Kaum Mamalik adalah para imigran di Mesir. Pada mulanya adalah para budak yang didatangkan dari daerah pegunungan Kaukasus dan laut Kaspia. Pada masa pemerintahan Ayyubiyah mereka ditempatkan di barak-barak militer pulau Raudah di sungai Nil untuk dilatih dan dididik, baik dalam bidang militer maupun keagamaan. Karena pusat latihan dan pendidikan mereka bertempat dekat dengan sungai Nil, yang juga disebut Bahr yang berarti laut. Oleh karena itu, mereka disebut al-Mamalik al-Bahryun atau Mamluk Bahr yang berkuasa pada tahun (1250-1390 M). Sedangkan mereka yang ditempatkan di benteng-benteng istana di kota Kairo disebut al-Mamalik al-Burjiyun, yang melanjutkan kekuasaan Dinasti Mamalik pada tahun (1382-1517 M).
Terbentuknya Dinasti Mamalik di Mesir tidak dapat dipisahkan dari Dinasti Ayyubiyah. Ketika terjadi pertentangan dan perebutan kekuasaan antara al-Malik Adil Syaifuddin dengan saudaranya al-Malik al-Shalih Najmuddin, tentara yang berasal dari suku Kurdi memihak pada al-Malik Adil. Sedangkan tentara yang bergabung dalam Mamluk al-Bahr mendukung al-Malik al-Shalih. Akhirnya al-Malik Shalih dapat menduduki singgasana sebagai sultan Dinasti Ayyubiyah pada tahun 1240-1249. sejak masa itu kaum Mamalik mempunyai pengaruh besar dalam kemilteran dan pemerintahan, karena mereka menjadi ajudan sultan.
Al-Malik al Shalih menempatkan para Mamluk pada kelompok elite yang terpisah dari masyarakat dan satuan-satuan militer lainnya. Kehadiran Mamalik merupakan pilar dalam berlangsungnya kekuasaan al-Malik al-shalih, sedangkan keistimewaan yang diberikannya kepada kaum Mamalik itu, memberikan kemudahan bagi mereka dalam peningkatan karir dalam pemerintahan.
Al-Malik al-Shalih mangkat pada tanggal 23 November 1249 M. Kematiannya dirahasiakan oleh istrinya yang bernama Syarajat al-Durr yang berasal dari budak, untuk meredam kekacauan yang timbul akibat berita kematian itudan menunggu putera mahkota Turansyah yang datang dari Messopotamia. Setelah Turansyah memegang tampuk kekuasaan terjadi keguncangan pada kaum Mamalik, karena eksistensi mereka pada pemerintahan mulai goyah. Hal ini disebabkan karena Turansyah bukanlah orang yang dekat dengan mereka. Ia lebih cenderung pada pengawal dari Kurdi yang merupakan saingan kaum Mamalik dan dia tidak banyak mengetahui tentara Mesir, karena ia lama bermukim di jazirah Efrat. Mamluk al-Bahr berusaha memperkuat diri di bawah pimpinan Baybars dan Aybak. Pada tahun 1250 M. Mereka berhasil merebut kekuasaan dari al-Malik al-Muazzam Turansyah dengan membunuhnya. Diangkatlah Syajarat al-Durr sebagai sultan (wanita) mereka. Dari sini terbentuklah Dinasti Mamalik di Mesir yang dipimipin oleh seorang budak dan tamatlah riwayat Dinasti Ayyubiyah di Mesir.
Para Budak mengangkat Syajarat al-Durr sebagai sultan mereka yang pertama, karena ia berdarah budak yang sudah dimerdekakan setelah melahirkan seorang putera darial-Malik al-shalih, juga dengan harapan akan tetap membela kepentingan kaum Mamalik. Di samping itu juga dimaksud untuk meredam persaingan dikalangan pemimpn Mamluk yang berambisi menjadi sultan, seperti Aybak, Baybars, dan qutuz. Dengan demikian tidak melemahkan kekuasan Dinasti yang baru tumbuh itu. Akhirnya Baybars dan sejumlah pengikutnya berangkat ke Syiria, karena kegagalannya menduduki jabatan sultan, sementara Aybak dan Qutuz tetap tinggal di Mesir.
Syajarat al-Durr adalah satu-satunya sultan dari kalangan wanita yang memimpin Dinasti dalam dunia Islam yang mengatur daerah Afrika bagian Utara dan Asia Barat. Dia mencetak mata uang atas namanya dan namanya disebut di khotbah Jumat. Untuk mengendalikan tugas-tugas pemerintahan Aybak terpilih sebagai wakilnya atas kesepakatan para Amir. Tampaknya Aybak tidak puas dengan kedudukannya. Oleh karena itu, ia kawini Syajarat al-Durr dan bertindak sebagai sultan dengan gelar al-Muizz Izzuddin Aybak yang berkuasa tahun 1250-1257 M.
Aybak kemudian ingin menyingkirkan Syajarat al-Durr. Akan tetapi, sultan wanita ini tidak kalah waspada. Ia bunuh suaminya itu di kamar mandi. Namua, Syajarat al-Durr kemudian tewas pula dibunuh oleh para pendukung Aybak. Kemudian kekuasaan berpindah ke tangan Nuruddin Ali, putera Aybak yang masih muda usia. Secara praktis yang memegang kendali kekuasaan adalah Qutuz, salah seorang tokoh Mamluk yang terkenal dan bertindak sebagai wakil sultan. Nuruddin Ali setelah memerintah selama dua tahun (1257-1259 M) mengundurkan diri dari jabatannya. Dengan sendirinya Qutuz menggantikan posisi Nuroddin Ali. Pada masa ini Baybar Tokoh Mamalik kembali ke Mesir dengan pendukungnya. Hal ini disambut baik oleh Qutuz.
Di masa Qutuz, Dinasti Mamalik mendapat ancaman serangan dari Mongol. Tentara Mongol setelah menghancurkan Bagdad kemudian menyerbu daerah sungai Eufrat menuju Syiria. Selanjutnya melintasi Sinai menuju Mesir. Pada awal tahun 1260 M. Mongol sudah menduduki Nablus dan Gaza tanpa ada perlawanan yang berarti dari penduduk setempat. Sebelum menyerbu Mesir, tentara Mongol yang dipimpin Kitabugha mengirim utusan kepada Qutuz meminta agara ia menyerah kepada Hulagu di Bagdad. Qutuz menolaknya, bahkan membunuh utusannya. Untuk memperkuat dirinya, Qutuz meminta bantuan pada pihak Prancis yang menguasai jalur Palestina, agar mengirimkan bantuan militer, logistik dan memberi izin untuk menggunakan jalur sekitar Palestina. Prancis menolak memberikan bantuan militer, tetapi mengabulkan permintaan Qutuz yang lainnya.
Kemudian sultan Qutuz dengan dibantu oleh Baybars membawa pasukannya ke wilayah kekuasaan Prancis. Mereka bergerak ke Utara sepanjang pantai Palestina dan membentuk kamp di daerah Acre. Hal ini dilakukan untuk menghadang musuh di daerah itu. Strategi ini membawa keuntungan bagi pihak pasukan Qutuz. Yaitu, tentara Mamalik dapat mengadakan serangan mendadak karena kedatangan mereka di tempat ini tidak diduga oleh tentara Mongol. Apabila pasukan Mamalik kalah, Prancis tidak tinggal diam, sebab mongol akan menjarah ke dalam wilayah Prancis, lebih-lebih sebelumnya mongol membujuk Prancis untuk bergabung dengan mereka, tetapi ditolak oleh Prancis.
Tentara mongol yang diperkuat oleh orang-orang Armenia dan Georgia melintasi Yordania menuju Galile. Mendenga mongol bergerak ke arah Galile, pasukan Mamalik di bawah komando Qutuz dan Baybars bergerak ke tenggara menghadang tentara Mongol di Ain Jalut. Kedua pasukan bertemu dan berperang, dalam pertempuran ini tentara Mamalik dapat mengalahkan pasukan Mongol. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1260 M. Kemenangan Mamalik melawan Mongol ini membangkitkan semangat umat Islam di wilayah-wilayah lainnya untuk melawan tentara Mongol. Dinasti Mamalik mempunyai prestise yang tinggi di dunia Islam dengan mengalahkan Mongol, sehingga penguasa-penguasa di Syiria ketika itu menyatakan kesetiaannya kepada Dinasti ini.

III. KEMAJUN
Baybars dinobatkan sebagai sultan setelah meninggalnya Qutuz. Baybars memerintah pada tahun 1260-1277 M. Masa yang cukup panjang dalam memerintah dan kecakapannya dalam mengatur strategi pemerintahan, membuat Baybars mampu mengantarkan Dinasti ini mencapai kejayaannya. Menurut K. Hitti, Baybars al-Bunduqdari dianggap sebagai pembangun hakiki Dinasti Mamalik dan sebagai sultan yang terbesar.
Bidang-bidang yang mengalami kemajuan dalam Dinasti ini antara lain:
A. Bidang kemitraan dan pemerintahan
Baybars mengadakan konsolidasi dengan mantap dibidang kemiliteran dan pemerintahan. Hal ini untuk menangkis ancaman-ancaman dari dalam maupun dari luar. Jabatan-jabatan penting di pemerintahan ia berikan kepada anggota militer yang berprestasi. Ia tahu bahwa pendukungnya yang mayoritas Sunni menginginkan agar ia mendapat legitimasi dari khalifah. Untuk itu, Baybars melakukan baiat terhadap al-Mustanshir, khalifah keturunan Bani Abbas yang berhasil lolos dari pembantaian Hulagu, karena ia dan keluarganya melarikan diri ke Syiria dan mendapat perlindungan di sana. Al-Mustanshir memberikan legitimasi kepada Baybars untuk menjadi sultan. Bahkan, ia diberi hak kekuasaan atas daerah Mesir, Syiria, Hijaz, Yaman dan lembah sungai Eufrat. Baiat ini mengundang simpati rakyat dan penguasa Islam lainnya. Baybars juga mengikuti jejak Dinasti Ayyubiyah, yaitu menghidupkan golongan Sunni. Ini semakin memperkokoh kedudukannyadi kalangan rakyat yang mayoritas bermazhab Sunni.
Baybars juga membuka hubungan diplomatik dengan negara tetangga. Diperbaharuinya hubungan dengan Konstantinopel, hubungan dengan Sisilia, bahkan raja Sicilia Charles Anjou sampai mengirimkan hadiah kepadanya sebagai tanda persahabatan.
Dalam lapangan militer, Baybars diakui sebagai panglima yang tangguh. Ia gunakan sebagian masa jabatannya untuk menghancurkan sebagian besar kekuatan Salib di sepanjang pantai laut Tengah. Pemberontakan kaum Assasin di pegunungan Syiria dapat dilumpuhkannya. Nubia dan sepanjang pantai laut Merah di peranginya, bahkan kapal-kapal Mongol di Anatolia diserangnya pula. Semangat yang membaja ini ditimbulkan oleh kemenangannya pada peristiwa di ain Jalut.
B. Bidang ekonomi
Kemajuan dalam bidang ekonomi yang dicapai oleh Dinasti Mamalik melalui sektor perdagngan dan pertanian. Di sektor perdagangan, pemerintah memperluas hubungan dagang dengan Italia dan Prancis. Setelah jatuhnya Bagdad, kota Kairo merupakan kota strategis dan pennting bagi bagi perdagangan. Karena jalur perdagangan dari asia Tengah dan Teluk Persia melalui Bgadad ke Barat menjadi lumpuh. Dengan demikian jalur perdagangan dari laut Merah dan laut Tengah ke Barat pindah ke Kairo. Hal ini menyebabkan melimpahnya devisa negara dari sektor perdagangan.
Dalam sektor pertanian, pemerintah membangun sebuah kanal untuk kirigasi pertanian, kanal tersebut dibangun dari kota Alexanderia sampai sungai Nil pada tahun 1311 M. Dengan demikian mendukung hasil devisa negara dari sektor pertanian.
C. Bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan
Serangan Mongol di Bagdad, menyebabkan kehancuran peradaban dan ilmu pengetahuan di sana. Hal ini menyebabkan banyaknya para ilmuan yang pindah dan melarikan diri ke Mesir serta menetap di sana. Mesir yang dikenal sebagai pusat peradaban sejak awal, maka tidaklah sulit untuk pengemabngan ilmu dan kebudayaan. Terlebih lagi para sultan Dinasti ini memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pengembangan tersebut.
Ilmu pengetahuan yang berkembang di masa Dinasti ini ditandai munculnya para ilmuan dan ulama terkemuka dalam bidang sejarah, kedokteran, astronomi, matematika dan alin-lainnya. Di masa ini munculnya sejarawan ulung seperti, Ibnu Khlaikan yang mengarang buku Wafayat al-A’yun wa Anba Zaman, dan juga tokoh sejarawan lainnya, seperti Abu al-Fida dan Ibnu Taghri Birdi. Di dalam bidang Astronomi dikenal nama Nasir al-Din Tusi dan seorang tokoh sufi yang kenamaan. Dalam bidang kedokteran muncul Ibnu al-Nafis, ia dikenal sebagai penemu susunan peredaran darah dalam paru-paru dan jantung. Tokoh kedokteran lainnya seperti, al-juma’i penulis buku al-Irsyad li Mashalih al-anfus wa al-Ajsad. Ibnu Abi Mahasin dan Shalah al-Din Yusuf mengembangkan opthalmologi.
Dalam bidang keagamaan muncul tokoh Ibnu Taimiyah yang dikenal sebagai reformer pemikiran Islam dan bermazhab Hambali. Muncul pula Suyuti pengarang buku al-Itqan fi Ulum al-Quran, dan Ibnu Hajar al-Asqalani yang termasyhur dalam bidang hadis. Selain itu berdiri pula bangunan dan arsitektur, seperti sekolah-sekolah dan masjid-masjid yang sangat indah.
Sejak masa pemerintahan Qalawun (1279-1290) para sultan Mamalik telah berjasa memperindah bangunan dengan batu-batu banteng, batu kapur dan batu api yang diambil dari dataran tinggi Mesir. Qawalun juga mendirikan sebuah rumah sakit yang indah dan dihubungkan dengan masjid dan sebuah sekolahan dalam satu komplek yang sangat indah. Bangunan ini ia dirikan pada tahun 1284 M.

IV. KEHANCURN
Dinasti Mamalik juga mengalami pasang surut, setelah mengalami kemajuan diberbagai bidang, Dinasti ini juga mengalami masa suram dan kemunduran dan akhirnya masa kehancuran. Di antara faktor-faktor yang menyebabkan lemah dan kehancurannya ialah:
A. Perebutan kekuasaan
Di masa pemerintahan Baybars, keadaan Dinasti Mamalik relatif stabil sehingga kemajuan di berbagai bidang sangat pesat. Sejak mula berdirinya Dinasti ini bercorak oligarki militer. Sultan dipilih bukan atas keturunan, tetapi atas prestasi militer yang gemilang. Namun setelah pemerintahan qalawun, sultan kedelapan (1279-1290 M), terjadi perubahan drastis. Qalawun memulai pergantian sultan berdasarkan secara turun temurun dan tidak lagi memberikan kesempatan pada pihak militer untuk memilih sultan sebagai pemimpin mereka. Hal ini terjadi antara Qalawun dan keturunannya dengan pihak militer.
Selain merubah sistem pergantian sultan, Qalawun juga menyisihkan kelompok Mamluk al-Bahr. Di masanya jumlah mamluk al-Bahr di militer semakin berkurang, karena ia mendatangkan budak-budak dari sirkasia untuk memperkuat kedudukannya. Budak-budak ini dikenal dengan nama Mamluk al-Burji, karena mereka dulunya ditempatkan di benteng-benteng. Semenjak itu tergeserlah kedudukan Mamluk al-Bahr di pemerintahan. Lalu Qalawun mewariskan kesultanan ini sampai empat generasi.
Sistem yang diterapkan ini, ternyata membawa kericuhan dalam pemerintahan. Al-Nasir ibn Qlawun yang mulai memerintah pada tahun 1293 M. Mengalami dua kali turun tahta karena perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh Adil Zain al-Din kitbugha dan al-Mansur Susamuddin Lajin. Selanjutnya pada tahun 1382 M. Barquq al-Zahir Saif al-Din dari Mamluk al-Burj merebut kekuasaan dari tangan Shalih al-din al-Haji, sultan terakhir keturunan Qalawun. Sejak itulah tidak menerapkan sistem pergantian sultan secara turun temurun. Maka, mulailah periode Mamluk al-Burj.
Meskipun para sultan Mamluk al-Burj kembali menerapkan suksesi secara demokratis, seperti semula. Namun, kecakapan dan kemampuan mereka dalam memimpin tidak sepiawai kepemimpinan Mamluk al-Bahr, Khususnya qutuz dan Baybars. Kelemahan para sultan ini dimanfaatkan oleh para Amir untuk memperkuat posisi mereka di pemerintahan. Di antara para Amir terjadi persaingan yang tidak sehat. Keadaan ini semakin parah dan pada gilirannya membawa kelemahan dan kehancuran Dinasti ini.
B. Kemewahan dan Budaya Korupsi
Sejak pemerintahan al-Nasir, pola hidup mewah telah menjalar dan merebak dikalangan istana, bahkan dikalangan para Amir. Hal ini membuat keuangan negara menjadi merosot. Untuk mengatasi hal ini maka pajak dinaikan, sehingga rakyat merasa terbebani berat dan menderita. Selain pungutan pajak yang tinggi, para pedagangpun semakin dipersulit. Komoditi utama dari Mesir yang selama ini diperjualkan secara bebas oleh petani, akhirnya diambil alih oleh para sultan dan keuntungan digunakan untuk berfoya-foya.
C. Merosotnya Perekonomian
Sikap penguasa Mamalik yang memeras para pedagang dan membelenggu kebebasan petani, menyebabkan lunturnya gairah dan semangat kerja mereka. Selain dari pada itu, sejak Vasco da Gama menemukan tanjung harapan di tahun 1498, jalur perdagngan berpindah dari Kairo ke tanjung Harapan itu, dan tidak lagi melalui Mesir. Hal ini berdampak sangat besar dalam devisa negara dan selanjutnya melumpuhkan perekonomian.
D. Serangan dari Turki
Penyebab langsung runtuhnya Dinasti mamalik adalah terjadinya penyerangan dan peperangan dengan tentara Turki Usmani yang terjadi dua kali. Di tahun 1516 M, terjadi peperangan di Aleppo yang berakhir dengan kekalahan total pada pihak tentara Mamalik.
Perselisihan dengan pihak Turki Usmani berawal dari tindakan sultan Qait Bay pada tahun 1469 M. Melindungi Jem, saudara Bayazid II sultan Turki Usmani, yang mealrikan diri dari Turki setelah gagal melakukan kudeta untuk menduduki jabatan sultan. Perlakuan sultan Mamalik ini menimbulkan kemarahan serta dendam dipihak sultan Turki Usmani.
Dendam sultan Bayazid II ditebus oleh puteranya, sultan salim I. Ia menyiapkan suatu angkatan perang untuk menggempur Dinasti Mamalik. Maka terjadilah pertempuran sengit antara keduanya. Pihak Mamalik mengalami kekalahan karena pemegang strategi perangnya berkhianat, yaitu Amir Aleppo, Khair Ray.
Setelah mengalami kemenangan di Aleppo, pasukan Turki Usmani melanjutkan penjarahannya ke Mesir. Untuk kedua kalinya terjadilah pertempuran yang sengit antara tentara Turki Usmani dan tentara Mamalik pada tanggal 22 Januari 1517 M. Tentara Mamalik harus mengakui keunggulan pasukan Turki Usmani. Ini terjadi pada masa sultan Tuman Ray II (1516-1517), sultan Mamalik yang terakhir. Dengan kekalahan ini maka hancurlah Dinasti Mamalik di Mesir.

V. KESIMPULN
Dari uraian terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dinasti Mamalik adalah Dinasti yang mempunyai corak yang unik, karena didirikan oleh para budak yang terdidik dan terlatih yang mampu memimpin selama dua setengah abad
2. Sistem suksesi yang berdasarkan atas oligarki militer mampu mempertahankan kekuasaan Dinasti Mamalik begitu lama.
3. Kemenangan Dinasti Mamalik atas tentara Mongol merupakan dorongan yang kuat bagi bangkitnya umat Islam di wilayah alin, dan jatuhnya mitos pasukan Mongol tak terkalahkan.
4. Keberadaan Dinasti Mamalik memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi kelangsungan negara-negara Islam dan kebudayaannya, khususnya di Mesir dan Syiria.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar